EMILE DURKHEIM
Sosiologi sebagai Ilmu tentang integrasi sosial.
Emile Durkheim lahir tahun 1858 di suatu perkampungan kecil orang yahudi di wilayah timur perancis. Ayah Durkheim adalah seorang Rabi. tetapi Durkheim untuk sementara beragama Khatolik karena kemudian dia menjadi orang yang tidak mau tahu tentang agama (agnostic). walaupun demikian, masalah-masalah dasar tentang moralitas dan usaha meningkatkan moralitas masyarakat merupakan perhatian pokok selama hidupnya.
Kajian Sosiologi Emile Durkheim berorientasi pada solidaritas dan integritas sosial. Hal ini karen pengaruh dari keteraturan sosial yang goyah pada masa republik ke tiga, yaitu pada masa Revolusi Perancis tumbuh konflik yang terus menerus antara kaum Monarkhi dengan kaum Republik sayap kiri (sepanjang abad ke 19). Bahkan pada masa itu presiden Republik ke tiga pernah membubarkan majelis perwakilan sebagai bagian dari usahanya menegakkan suatu Presidium yang kuat.
KENYATAAN FAKTA SOSIAL DURKHEIM
Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim terhadap sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran Individu serta perilakunya. sehingga gejala tersebut dapat dipelajari dengan metode empirik.
Karakteristik Fakta Sosial
Tiga Faktor pembeda antara fakta sosial dari fakta yang benar-benar individu (atau psikologi) :
1. Fakta social bersifat eksternal terhadap individu. Ia merupakan cara bertindak, berfikir dan berperasaan yang memperlihatkan sifat patut dilihat sebagai sesuatu yang berada diluar kesadaran individu.
2. Fakta social memaksa Individu. Maksudnya , individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong, atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai tipe factor social dalam lingkungan sosialnya.
3. Fakta social bersifat umum dan tersebar secara meluas dalam masyarakat. Dengan kata lain, Fakta social itu milik bersamadan tidak individualistic.
SOLIDARITAS MEKANIK DAN ORGANIK
Dilatar belakangi tentang fakta social, Durkheim sampai pada kesimpulan bahwa di lingkungan masyarakat terdapat apa yang disebut solidaritas social. Solidaritas adalah suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat pengalaman emosional bersama.
Solidaritas dimaksud dapat dibedakan menjadi solidaritas mekanik dan solidaritas organic. Solidaritas mekanik timbul di latarbelakangi adanya kesadaran kolektif antara individu-individu dalam masyarakat karena mereka memiliki sifat-sifat kepercayaan dan pola normative yang sama.
Berlawanan dengan itu, solidaritas organic muncul karena pembagian kerja bertambah besar yang memungkinkan semakin bertambah besarnyan perbedaan dikalangan individu. Munculnya perbedaan-perbedaan di tingkat individu tersebut akhirnya merombak kesadaran kolektif, yang pada gilirannya menjadikan masyarakat hanya saling ketergantungan fungsional belaka.
RASIONAL MAX WEBER
Dalam konsepsi sosiologi, Weber mempunyai konsep rasionalitas sebagai pusat perhatiannya. Dalam teori sosiologi, konsep ini sama pentingnya dengan konsep solidaritas Durkheim, konflik kelas Marx, tahap-tahap intelektual Comte, mentalitas berdaya Sorokiu.
Max Weber lahir pada tahun 1864 dan dibesarkan di Berlin. Keluarganya orang protestan kelas menengah atas yang menganut budaya Borjuis. Walaupun demikian, Weber adalah seorang Nasionalis.
Sebagai Nasionalis tulen, Weber mengagumi tujuan Bismarck untuk menggabungkan satu Jerman yang kuat dan bersatu. Tetapi ia tetap mengkritik Bismarck yang tidak toleran.
Weber mendefinisikan sosiologi sebagai “suatu Ilmu yang berusaha memperoleh pemahaman interpretative mengenai tindakan social agar demikian bias sampai ke suatu perjalanan kausal mengenai arah dan akibat-akibatnya”. Dengan tindakan dimaksud semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti subyektif kepada tindakan itu, maka tindakan tersebut disebut social karena arti subyektif tadi dikembangkan dengannya oleh individu yang bertindak mempengaruhi perilaku orang lain.
Dengan demikian, pandangan Weber berbeda dengan Durkheim karena Weber melihat kenyataan social sebagai suatu yang didasarkan oleh motivasi individu dan tindakan-tindakan social. Sehingga individulah yang riil secara obyektif. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu-individu.
Weber berpendirian, bahwa sosiologi haruslah merupakan Ilmu empiric yang menganalisa perilaku actual individual menurut orientasi subyektif mereka sendiri.
TIPE-TIPE TINDAKAN SOSIAL.
Rasionalitas adalah konsep dasar yang dipergunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan social. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan :
1. Rsionalitas Instrumental
2. Rasionalitas yang berorientasi nilai.
3. Tindakan tradisional.
4. Tindakan efektif.
Walaupun tulisan-tulisan Weber secara metodologis menekankan pentingnya arti subyektif dan pola-pola motivasional, karya substantifnya meliputi analisa structural dan fungsional yang luas jangkaunya. Hal ini bias dilihat dari teorinyatentang stratifikasi yang memiliki tiga dimensi dan teorinya tentang dominasi birokratik dan pengaruhnya pada masyarakat modern.
TEORI SOSIAL KARL MARX
Menurut Marx kenyataan social tidak bias ditemukan dalam ide-ide yang bersifat abstrak tetapi dalam pabrik-pabrik atau tambang batu bara, dimana para pekerja menjalankan tugasnya diluar batas kemanusiaan untuk menghindari diri dari mati kelaparan. Oleh karena analisa pembukuan hanya mengarah ke suatu keputusan untuk meningkatkan penanaman modal daripada meningkatkan upah, yang pada akhirnya akan membawa konfrontasi Revolusioner antara pimpinan-pimpinan serikat buruh dengan mereka yang mewakili kelas Kapitalis.
Marx lahir di Trier, Jerman pada tahun 1818 dari keluarga Rabi Yahudi dengan budaya borjuis yang hidup cukup mewah. Karena kondisi politik saat itu tidak menguntungkan bagi mereka, maka keluarga Marx masuk protestan. Dalam penekunannya terhadap agama baru dianutnya itu Marx berpendapat, bahwa kepercayaan terhadap agama tidak membawa pengaruh penting terhadap perilaku, tetapi kepercayaan agama mencerminkan factor-faktor social ekonomi yang mendasar.
Setelah menikah, Marx pindah ke Paris. Selama tinggal di Paris (1843-1845) Marx terlibat dalam kegiatan Radikal dan itu dimungkinkan karena Paris masa itu merupakan pusat Liberalisme, Radikalisme social, dan intelektual yang penting di Eropa.
Karir Marx tidak bias dipisahkan dari perkembangan gerakan rasialis pada pertengahan abad 19, yang melahirkan sifat marginal pada dirinya pada kaum radikal. Sehingga Marx dianggap sebagai katalisator untuk tiga orientasi intelektual yang berbeda, yaitu : (1) Metode dialektika Hegel dan historisme Jerman, (2)Teori politik Inggris, (3) Pemikiran sosialis Prancis.
Teori-teori sosiologi Marx antara lain meliputi :
1. Matrealisme Historis
2. Infrastruktur Ekonomi dan Suprastruktur sosio Budaya.
3. Kelas Sosial, Kesadaran Sosial, dan Perubahan Sosial.
ANALISA SOSIAL
Pengertian analisa social merupakan cara-cara terstruktur, logis reliable dalam rangka mengenali persoalan social di masyarakat, akar/ factor penyebanya, potensi eskalasi/ penyebaran dan cara penyelesaiannya.
Analisa social bukan teori, meskipun ia mencerminkan struktur berfikir yang sistematis.
Analisa social bukan pula Ideology, meskipun ia banyak dipakai untuk mengembangkan substansi sebuah ideology.
Analisa social adalah “alat” atau “tools” yang mengandalkan pada kekuatan “analisa” terhadap masalah Nasional. Kata “analisa” sangat vital analisa social sehingga analisa social itu sendiri bertumpu pada makna dari analisa itu sendiri.
Arti analisa beraneka ragam (inquire, judgement, description, dll). Tetapi paling pokok analisa adalah sebuah pengantar penting ( prelude) ke problem solving. Jadi setiap analisa musti mengarah, langsung atau tidak langsung, pada sebuah pemecahan masalah.
Dalam ilmu sosiologi (pedesaan, agama, social, dll) sejak tahun 1980 telah berkembang analisa social yang dipergunakan untuk membantu mengambil langkah-langkah penting bagi pemecah masalah social dan perkambangan masyarakat. Antara lain : (1) PAR (participatory action research), (2) RRA (Rural Rapid Analysis), (3) IRI ( Institusional Research Intermatrix), (4) ZOPP (Ziel Orietierung Project Planung), (5) ARD (Alternative Resolotion Dispute), dan (6) ADP ( Analysing Deep_Rooted Conflict).
Contoh :
Metode analisa konflik social yang mengakar (ADP Methods) pengamatan tentang sifat dan analisa konflik yang mengakar (Deep-Rooted Conflict).
Deep-Rooted Conflict, adalah konflik yang berasal dari dalam masyarakat dan mudah menyebar dengan cepat dan luas di dalam sebuah Negara, yang terpicu karena terjadinya benturan dua elemen pokok yang sangat kuat, yaitu factor-faktor yang berdasar pada identitas (Identity-Basedfactors), yang berlandaskan pada ras, agama, budaya, bahasa disebut dengan sebuah kondisi obyektif munculnya ketidak seimbangan (Imbalance) di dalam distribusi sumberdaya-sumberdaya ekonomi, politik, dan social.
Karakter konflik ini : Kompleks/rumit, berkesinambungan, keras, kurang mengenal kompromi, antinegoisasi, sangat cepat menyebar keluar daerah batas-batas asli dari konflik, korban utama kaum sipil, penyebab utama dari arus pengungsi, melibatkan senjata konvensional buatan masyarakat setempat.
Observasi
- Cultural Identity : konstruktif dan destabilisasi, nation movement
- Konflik Perubahan menghindari stagnasi (positif)
- Kompromi rules of game demokrasi
- Partai values interest oligarkhi
- Arena Negara ekonomi komunitas
Faktor-faktor DRC
- Dekolonisasi
- Cold war
- Clash of Civilization
- Krisis Transisional
Kesulitan dalam mengelola Identity-Relate Conflict
- Eskalasi sangat cepat
- Leadership pemersatu langka
- Pemusnaan perbedaan
Analisa Konflik :
Analisa konflik bukanlah berarti mempelajari masalah yang baru, tetapi memahami masalah yang sam dalam cara-cara yang berbeda dan yang lebih mendalam.
Tiga Pendidikan Dalam Menganalisa Konflik
- adversarial : memandang, mengkonstruksikan, menggambarkan konflik sebagai konflik itu sendiri : “kami lawan mereka”, “menang atau kalah”, “All or nothing”.
- Reflective : melihat ke dalam dan mempertimbangkan korbanm, akibat, penderitaan dari sebuah konflik dan mempertimbangkan kemungkinan untuk membangun jembatan untuk “real goals” yaitu “reduksi korban dan akibat”
- Integrative : melihat kedua belah pihak di dalam satu perspektif dan perlunya memahami pandangan dari pihak lawan, yang berbeda yang bersengketa
Sepuluh Faktor Metode Analisa (Dalam rangka pengumpulan informasi konflik untuk strategi rekonsiliasi)
1. Actors
2. Issue
3. Faktor yang melandasi
4. Skope
5. Upaya-upaya merelai Konflik
6. Tahapan dan Itensitas
7. Keseimbangan kekuasaan
8. Kapasitas dan Sumberdaya
9. Media Massa
10. Pola Hubungan
0 komentar:
Posting Komentar