April 29, 2011

Jerit Kegemparan


oleh : Ir. Soekarno

            Soal jajahan adalah soal rugi atau untung ; soal ini bukanlah soal kesopanan atau soal kewajiban ; soal ini adalah soal mencari hidup, soal bussines.
            Semua teori-tori tentang soal-jajahan, baik yang mengatakan bahwa penjajahan itu terjadinya ialah oleh karena rakyat yang menjajah itu ingin melihat negri asing, maupun yang mengatakan bahwa rakyat pertuanan itu hanya ingin mendapat kemashuran saja, baik yang mengatakan bahwa rakyat pertuanan itu menjajah negri lain ialah oleh karena negrinya sendiri lantaran banyaknya penduduk hingga terlalu sesak, maupun yang mengatakan bahwa penjajahan itu diadakanlah ialah untuk menyebar kesopanan,- semua teori-teori itu tidak dapat mempertahankan diri terhadap kebenaran teori yang mengajarkan, soal mencari kehidupan.
            Tak kecil kerugian ekonomi inggris, bilamana mesir atau India dapat memerdekakan diri ; tak sedikitlah kerugian prancis dan amerika, bilamana indo-cina dan philipina bisa menjadi bebas ; tak ternilailah kerugian yang di derita Negri belanda, bilamana bendera Indonesia-merdeka bisa berkibar-kibar di tanah-air kita, sebagaimana Jhr. Dr. Sandberg mengatakan dengan ia punya kata-kata “indië verloren, rampspoed geboren” ; - tak terhinggalah bencana yang menimpa benua eropa, bilamana benua asia bisa menurunkan beban imperialisme asing dari pada pundaknya,- hal ini cukuplah dibuktikan oleh pujangga-pujangga, diplomat-diplomat, dan juru-juru pengarang eropa dan asia dengan secukup-cukupnya angka dan seteliti-telitinya hitungan. Negri jajahan adalah suatu syarat bagi hidupnya negri-negri pertuanan, suatu syarat yang untuk negri pertuanan yang kecil ada maha-besar dan maha-tinggi kepentingannya, dan karenanya harus dan mesti di pegang teguh-teguh, diikat erat-erat olehnya, jangan sampai terlepas.
            Karena itu, maka soal jajahan itupada hakekatnya bukan soal hak ; ia soal kekuasaan ; ia soal macht.
            Ukuran yang di pakai oleh fihak yang butuh akan pencaharian rezeki itu tentang baik atau jeleknya suatu keadaan dalam negri jajahannya, tentang “boleh” atau “tidak boleh”-nya sesuatu faham, sesuatu sikap, sesuatu tujuan, atau sesuatu gerakan, hanyalah ukuran kepentingannya kaum itu saja adanya. Semua keadaan dalam negri jajahan, yang bertentangan dengan kepentingannya fihak itu, yang merugikan akan kepentingan fihak itu, segeralah mendapatkan perlawanan dari padanya. Riwayat dunia jajahan penuhlah dengan contoh-contoh, dimana fihak itu kadang-kadang meninggalkan semua lapangan keadilan, menyalahi semua hukum-hukumnya hak, menghina semua rasa-kemanusiaan,  -bilamana kepentingannya terlanggar, dan usahanya mencari rezeki terganggu.
            Kita insyaf akan hal ini. Kita mengetahui bahwa bukan saja kaum komunis, yang mengobarkan udara pada bulan November 1926 dan januari 1927, yang mendapat perlawanan, bukan saja kaum pengikutnya Lenin dan Trotzky yang dituntut dan ditindas,-akan tetapi juga kita, kaum nasionalis Indonesia dan saudara-saudara  kita yang bernaung dibawah bendera Islam ; bukan saja kaum Bolshevik, - tetapi juga semua kaum, baik nasionalis, maupun islamis, maupun kaum yang berpaham apasaja, asal ingin dan berusaha buat datangnya Indonesia-Merdeka dengan selekas-lekasnya. Perlawanan pihak itu terhadap pada majunya pergerakan kita bukanlah perlawanan terhadap pada sesuatu “isme”, akan tetapi perlawanannya ialah dihadapkan pada semua usaha bangsa kita yang menuju kepada Indonesia-Merdeka dengan tidak diperdulikan lagi dasar apa, azaz apa, atau “isme” apa yang terletak dibawah usaha itu adanya.
            Kita insyaf akan hal ini sedari mulanya. Sebelum kaum komunis tersapu dari pergaulan umum, sebelum mereka itu di-Digul-kan, maka dimana-mana terdengarlah semboyan fihak sana yang berbunyi “lenyaplah komunisme”, akan tetapi sudah beratus-ratus, beribu-ribu kaum pengikutnya Lenin dibawa ke tengah-tengahnya rimba dan rawa papua, maka segeralah semboyan itu menjelma menjadi semboyan baru, semboyan “lenyaplah Pan Islamisme”, dan semboyan “lenyaplah Nasionalisme Indonesia”- semboyan mana yang sekarang sudah menjelma pula menjadi suatu jerit kegemparan, sebagaiman terbukti dengan bukunya professor Treub, buku yang bernama “het gist in indie”.
            Di dalam buku ini hanyalah jerit kegemparan yang terdengar. “indit jongste geshcrift van den voorzitter van den Ondernemeersraad wort allen alarm geslagen”, begitulah “Indische Volk” menulis. Treub hanyalah menjerit; ia hanyalah memukul kentongan. Ia tidak mencari sebab-sebabnya komunisme menjadi subur; ia tidak mencari sebab-sebabnya gerakan Pan-Islamisme bertambah-tambah pengikutnya, ia tidak mencari sebab-sebabnya faham kita, faham Nasionalisme Indonesia makin lama makin masuk kemana-mana; ia hanya menuntut penindasannya komunisme, islamisme, dan “Indonesisch nationalisme” saja. Ia tak mau ingat, bahwa ia sendirilah yang dengan ia punya aksi dalam tahun 1923, ikut menambah pahit dan getirnya hidupnya rakyat yang pergerakannya kini ia kantongi itu. Ia tak menulis sepatah kata atas bezuiniging, penghematan, yang melemparkan beribu-ribu manusia diatas jalan, memasukkan demit-kelaparan didalam ribuan rumah tangga. Ia tak menyebut-nyebutkan tambah beratnya belasting di atas pundaknya rakyat, pada saat yang pencarian rezeki ada segetir-getirnya. Ia tak mengucap-ngucapkan bagaimana hak bervergadering dibatasi atau dicabut, bagaimana berpuluh-puluh pemimpin pergerakan ditahan, dibui, atau dibuang, sehingga pergerakan itu menjadi lebih panas dan lebih sengit karenanya. Pendek kata. . . . ia tak menyebutkan sebab-sebabnya kini lautan pergerakan Indonesia ada mendidih; ia hanya memukul kentongan; ia hanya mengeluarkan jerit kegemparan saja, yang memang terhadap pada semua “isme”,- “isme” apapun juga-, yang mengandung azaz mencari kebebasan dan kemerdekaan dengan jalan yang lekas dan cepat, semuanya mendapat lagi bukti kenyataanya dengan jerit kegemparannya professor ini. Komunisme haruys di sapu, Islamisme dan Nasionalisme Indonesia juga harus disapu! Sebab “komunisme, Nasionalisme Indonesia, dan Pan Islamisme adalah bergandengan satu sama lain, dan mengisi satu sama lain,- dan semua aksi yang bermaksud mendatangkan kemerdekaan Indonesia harus ditindas, “kalau perlu dengan kekerasan”, “zo nodig met geweld”.
            Kita tersenyum. Sudahkah begitu hebatnya kegemparan treub dan fihaknya treub, sehingga pengajarannya riwayat, pengalaman riwayat jajahan atas penindasan suatu pergerakan rakyat met geweld, tiada lagi diindahkan lagi olehnya? Sudahkah begitu gemparnya kaum itu, melihat majunya nasionalisme Indonesia, sampai mereka juga memukul kentongan atas sikapnya setengah bupati, yang dikatakan “ lahirnya setia pada pemerintahan, tetapi dalam batinnya menyetujui pergerakan yang meliwati batas ini?” sudahkah begitu kagetnya kaum itu, sampai kaum islam hendak juga dilarang oleh Treub memenuhi sesuatu rukunnya, hendak dilarang pergi ke Mekkah, oleh karena hajz kesana adalah “ sudah menjadi sesuatu bahaya bagi pemerintahannya tiap-tiap negri Kristen”?
            Kita kaum nasionalis Indonesia, memandang jerit kegemparannya professor Treub itu, ketua dari perkumpulan kaum modal Belanda, sebagai suatu tanda. Jerit kegemparan ini adalah suatu symptom (gejala). Ia menandakan, bahwa memang benar-benar lawan kita ini merasa tanah bergoyang dibawah kakinya. Ia menandakan, bahwa haluan yang diambil oleh kita, kaum nasionalis Indonesia,  dan yang diambil oleh saudara-saudara kita, kaum Pan Islam, adalah haluan yang betul,  haluan yang karenanya harus kita teruskan. Selama kaum yang berhadapan dengan kita mencerca kita,- selama itu kita harus berjalan terus. Baru jikalau sebaliknya, kaum itu memuji dan membenarkan kita, maka datanglah saat kita berganti terjang dan berganti jalan.
            Sebab Treub sendiri sudah mengakuinya : perkara Pergerakan Indonesia adalah perkara mati-hidupnya kehidupan fihaknya, perkara yang ia katakana “het gaat om ons bestaan”. Ia, professor Mr. Treub, ketua kaum modal belanda, dan professor Ir. Klopper, pemimpin pabrik-pabrik mesin Thomassen di negri belanda, yang menyokong pula jerit kegemparannya Treub dengan kata-kata “het eenvoudigste instinct van zelfbehoud dringt ons om alles to doen, om de toestand in insulinde baas te blijven”, dua professor kaum modal belanda ini haruslah insyaf, bahwa kita kaum nasionalis Indonesia dan saudara-saudara kita, kaum Pan-Islam, sama bergerak ialah juga oleh dorongannya “het een voudigste instinct van zelfbehoud”, juga oleh karena “het gaat om ons bestaan”! sebagaimana kekalnya penjajahan di Indonesia ada suatu perkara keselamatan negri belanda, maka berhentinya penjajahan itu adalah pula suatu perkara keselamatan negri Indonesia, keselamatan rakyat Indonesia, keselamatan kita. Tertilik daripada pendirian pembelaan-diri, yakni dari pendirian zelfbehoud, maka fihak pertuanan adalah hak merintangi, melawan dan menuntut tindasan pergerakan kita ; akan tetapi tertilik daripada pendirian zelf behoud itu juga, maka kita mempunyai juga hak bergerak, hak berusaha mencari kebebasan. Hak mereka dalam hal ini adalah berhadap-hadapan, beradu dada dengan hak kita semua ; haknya reaksi adalah berhadap-hadapan dengan haknya aksi.
. . . .Dan soal berhadap-hadapannya hak dengan hak ini segeralah menjadi soal kekuasaan berhadap-hadapan dengan kekuasaan pula, macht berhadap-hadapan dengan macht.
            Karena itu, maka kita memandang jerit kegemparannya Treub  dan fihaknya Treub itu hanya sebagai sutu tanda saja. Kita tidak menyelidiki lebih jauh pantas atau tidaknya mereka mengeluarkan jerit kegemparan itu ; kita tidak membantah, dan kita tidak memprotes ; kita hanya mempelajarinya. Sebab, sebagai yang sudah kita tuliskan diatas ; Treub dan fihaknya Treub punya hak memusuhi kita ; het gaat om hun bestaan, sebagaimana pergerakan kita itu ialah buat keperluannya ons bestaan.
            Dengan mempelajari semua tanda-tanda, memperhatikan semua symptoom-symptoom, memperhatikan semua kekurangan-kekurangan yang tampak pada fihaknya lawan, maka dapatlah kita mengetahui bagian-bagian yang manakah daripada barisannya fihak lawan itu ada lembek, dan dapatlah dari kita dengan gampang mencari tempat-tempat pengapesannya si lawan itu, sehingga kita dengan banyak hasil bisa mengarahkan serangan kita pada tempat-tempat pengapesannya itu adanya. Akan tetapi sebaliknya, kita harus mempelajari kekuarangan-kekurangan sendiri, memperhatikan kesalahan-kesalahan sendiri, agar supaya kita bisa mengetahui bagian-bagian yang mana dalam kita punya barisan ada lembek, tempat-tempat yang mana dalam kita punya organisasi kurang teratur,- sehingga kita dengan gampang memperbaiki kekuatannya barisan kita itu ; membetulkan kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan didalam kita punya organisasi itu ; dan kalau perlu menyusun kembali organisasi kita itu menjadi susunan yang kuat dan sentausa.
            Treub dengan bukunya sudah memberi tanda itu. Ia menunjukkan pada kita dimana letaknya tempat-tempat pengapesan fihaknya ; ia menunjukkan, bahwa pergerakan kita, kaum nasionalis Indonesia, dan pergerakan saudara-saudara kita, kaum Islam, adalah benar menghawatirkan bagi kepentingannya, benar-benar terasa olehnya sebagai pengapesannya, oleh karena itu, maka sebagai yang kita tuliskan diatas, kita berjalan terus. . .
            Dalam pada itu, . . . apakah Treub dengan fihaknya Treub betul-betul  mempunyai sangkaan, bahwa pergerakan kita, yang sebagai suatu usaha bangsa kita mencari hidup lebih layak dan lebih sempurna, dengan kodratnya alam sudah timbul dari nyawanya bangsa dan rakyat kita, bisa padam atau dipadamkan? Apakah Treub dan fihaknya Treub bisa menunjukkan satu contoh dari riwayat-dunia, yang geraknya nyawa sesuatu bangsa, terutama nyawa bangsa yang mencari kemerdekaan, bisa mati atau dimatikan?
            Tapi memang sukarlah bagi kaum pertuanan mengambil sikap yang benar terhadap pada pergerakan yang dihadapinya. Pergerakan itu maju kalau tidak ditindas. . . pergerakan itu juga maju kalau ditindas.
            Memang begitulah tragiknya kaum pertuanan.

                                                                                                                “suluh Indonesia muda”, 1928

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos Onlinefreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates